Selamat datang di Siluet Inspirasi - Kami akan selalu memberikan yang terbaik untuk anda terutama dalam informasi yang berkaitan dengan artikel anak. Segala hal tentang artikel maupun buku-buku akan terus kami update dan semua itu hanya untuk anda nikmati bersama kami. Saran dan masukan membangun akan senantiasa kami tunggu, terimakasih.( Present By : End_dark Production )
 

Minggu, 13 Maret 2011

MEWASPADAI VIRUS KOMUNITAS PUNK MENJANGKITI ANAK SEKOLAH

Akhir-akhir ini mungkin kita sering menemui segerombolan anak-anak remaja di perempatan-perempatan lampu merah dengan penampilan khasnya yakni menggunakan kaos, celana jin, jaket yang mana semuanya serba hitam, ketat dan terkesan kotor. Ditambah dengan penampilan rambutnya yang dibuat model mohawk ala Indian atau dipotong ala feathercut yang dicat beraneka warna. Aksesoris lain yang sangat khas dari mereka yaitu selalu membawa gitar kecil atau kencrung, sepatu boot, jaket kulit, rantai dan spike. Mereka itulah komunitas anak-anak punk.

Siapa mereka dan dari mana sebenarnya mereka mengadopsi semua budaya itu? Dalam Wikipedia disebutkan, komunitas punk merupakan subbudaya yang lahir di London ( Inggris ). Yang secara harfiah arti dari Punk itu sendiri adalah berandalan. Pada awal kemunculannya komunitas punk ini selalu dikacaukan oleh komunitas skinhead. Namu sejak tahun 1980-an, saat komunitas punk ini merajalela diAS, komunitas punk dan skinhead seolah-olah menyatu karena mempunyai semangat dan faham yang sama. Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal 1970-an. Juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Kebebasan, kepuasan dan yang penting tidak mengganggu orang lain adalah motto hidup dalam komunitas punk ini. Meski demikian sebenarnya slogan yang sering didengung-dengungkannya itu telah membuat image komunitasnya di masyarakat terkesan bahwa komunitas mereka antikemapanan, anti kemajuan( hidup tanpa orientasi dan cita-cita), antikonstruksi sosial, anti peraturan, anti pendidikan dan banyak lagi image negatif lainnya yang melabeli komunitas mereka. Sehingga tidak sedikit daerah ataupun masyarakat yang menolak keberadaan mereka karena masyarakat sudah menganggap komunitas mereka sudah tidak wajar, tidak lumrah dalam Bahasa Jawanya. Selain itu komunitas anak-anak punk ini memang sudah banyak keluar dari norma agama, sosial, juga adat dan budaya ketimuran.

Yang perlu diwaspadai dari ideologi komunitas punk ini adalah ketika ideologi dan faham mereka telah merasuki dan meracuni anak-anak sekolah. Kami selaku Guru pembimbing ( konselor ) di sekolah sudah cukup banyak memperhatikan dan menangani anak-anak yang terlibat dengan komunitas anak-anak punk ini. Baik itu yang sudah terlibat aktif maupun yang simpatisan yang baru meniru sikap dan penampilannya. Untuk anak yang baru sekedar meniru penampilan biasanya masih bisa diberi pengertian, bimbingan dan bisa kembali menjadi siswa yang sewajarnya, namun untuk anak-anak yang memang sudah terlanjur aktif masuk ke dunia mereka akan sulit sekali bisa kembali menjadi siswa yang sewajarnya, bahkan tidak sedikit dari mereka lebih baik keluar dari sekolah dan pergi dari rumahnya demi mempertahankan dogma /faham yang diyakininya tersebut.

Siswa yang sudah terjangkiti virus punk ini biasanya disekolah akan menampilakan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh siswa pada umumnya. Sebagai contoh : anak susah mentaati peraturan sekolah, tidak disiplin, suka membolos sekolah, suka membantah guru bila diberi nasehat, rambut dibuat model mohawk, celana dibuat pencil ( ketat seukuran kakinya ), tas diberi gambar ataupun tulisan dan emblem yang berkaitan dengan komunitasnya, bahkan ada yang terlibat pencurian, membawa pil dan minuman keras kesekolah.

Tidak sedikit orang tua yang memiliki anak yang sudah terlibat aktif dalam komunitas punk ini dibuat kewalahan oleh anaknya dirumah yakni anakanya seringkali tidak sampai sekolah, sering pulang malam bahkan sering beberapa hari tidak pulang kerumah. Dan yang lebih membuat orang tuanya lebih kecewa ketika anaknya memutuskan keluar dari sekolah, berani membantah nasehat orangtua dan tidak lagi menjalankan kewajiban agamanya. Meski tidak semuanya komunitas punk itu negatif, tapi dari berita yang berkembang mengatakan bahwa anak punk mayoritas punya doktrin untuk tidak percaya pada nasehat orang tua serta meninggalkan perintah agamanya.

Perkembangan komunitas punk di Indonesia tidak bisa dipungkiri begitu pesat, hal ini dikuatkan dari data yang diperoleh dari majalah punk terbesar yang terbit di Amerika Serikat, Profane Existance yang menyebutkan bahwa negara Indonesia memiliki populasi subbudaya punk tertingi se-Asia. Kebersamaan dan kekompakkan komunitas ini menjadi salah satu daya pikat anak-anak remaja untuk bergabung dengan komunitas ini. Alasan yang lain remaja bergabung yaitu sebagai bentuk pelarian atau kompensasi ketidakpuasaan dengan carut marut negara yang tidak bersahabat dengan orang kecil, satu sisi lain faktor broken home juga menjadi salah satu alasan mereka bergabung dalam komunitas ini. Sayangnya kompensasi yang dilakukan mereka salah alamat yang justru menjerumuskan anak-anak yang mestinya harus duduk dibangku sekolah ini harus terjun di jalanan menikmati kerasnya hidup. Tidak hanya itu, anak-anak dalam komunitas punk ini seringkali menjalani berbagai perbuatan yang negatif seperti merokok, minuman keras, obat-obatan bahkan sampai pergaulan bebas. Bahkan yang sangat memperihatinkan sekarang ini komunitas anak punk tidak hanya didominasi dari kalangan orang dewasa dan remaja saja, seringkali kita melihat anak-anak usia dibawah belasanan tahun sekarang sudah bergabung juga pada komunitas ini

Melihat fenomena masalah diatas sudah sewajarnya masalah ini menjadi bahan renungan dari berbagai pihak baik orangtua dirumah, guru disekolah, ustad,kyai dan tokoh agama lain ditempat ibadah masing-masing serta tidak terkecuali pemerintah juga bertanggungjawab untuk mengambil langkah ataupun tindakan dalam mengatasi serta mengantisipasi komunitas punk ini sehingga tidak berkembang lebih besar. Karena kalau permasalahan ini tidak segera diatasi bisa mengganggu kestabilan negara dan bisa menimbulkan dekadensi moral di masyarakat yang membahayakan.

By : Endar Suharyanto,S.Pd

Guru Pembimbing ( Konselor ) SMP Muhammadiyah 1 Gombong


Rabu, 10 November 2010

MENTAL BLOCK


Pernah mendengar "Mental Block"? mental block adalah suatu kondisi hambatan mental yang dialami oleh seseorang karena sikap dan perlakuan yang diterimanya dari orang lain maupun dari dirinya sendiri yang mengakibatkan orang tersebut menjadi psimistis, lemah, selalu merasa tidak mampu. Pengaruh dari mental block tersebut akan terbawa terus sampai orang tersebut merasakan dan menyadari diri bahwa anggapan-anggapan selama ini yang dihadapi akan sangat menghambat dirinya pada suatu perubahan.
Contoh-contoh dari mental block yang sering kita temui adalah pernyataan-pernyataan yang disertai oleh perlakuan tidak baik dari orang tua kepada anak, dari teman, dari orang dewasa kepada anak-anak, atau bahkan dari seorang guru kepada peserta didiknya. Contohnya antara lain :
1. Kamu memang anak yang bandel/ nakal, mama kan sudah sering bilang apa sama kamu!
2. Kamu memang anak yang bodoh, begitu saja tidak bisa!
3. Dasar anak tidak tau malu, setiap hari kerjaannya minta-minta terus!
4. Makanya jadi anak jangan pendek ato cebol, gitu saja tidak sampai!
5. Kamu itu anak kampung jangan bermimpi punya mobil, sampai kapanpun keturunan
orang miskin akan tetap miskin!
6. Ngaca dulu wajahmu, sudah jelek jangan mimpi punya pacar yang cantik!
Itulah beberapa mental block yang sering kali didapatkan oleh kebanyakan anak dari perlakuan orang dewasa; bisa dari teman, orang tua, guru dan lainnya. Dimana hal tersebut tidak disadari oleh pelakunya ternyata ucapan ataupun perlakuan yang dilakukannya tersebut telah tersimpan dan mengendap di otak bawah sadarnya sehingga membentuk ataupun menghambat perkembangan mentalnya sehingga tertanam dalam diri anak tersebut sebagaimana apa yang didapatkan dari orang lain tersebut.
Mental block sama persis dengan bagaimana proses seorang pawang gajah menjinakkan gajah yang didapatkan dari hutan yang awalnya masih brutal, ganas, liar kemudian menjadi jinak dan menurut apapun yang diperintahkan oleh sang pawang. Bagaimana cara seorang pawang menjinakkan gajah liar? prosesnya adalah menanamkan mental block kepada gajah dengan cara dikarantina selama 3 bulan, proses menanamkan mental block kepada seekor gajah tentunya tidak dengan ucapan/ kata-kata negatif kepada gajah, melainkan dengan perlakuan yang berat kepada gajah. Perlakuan yang dilakukan oleh seorang pawang gajah liar adalah dengan cara memborgol kaki gajah dengan rantai yang cukup besar yang kemudian diikatkan pada tiang beton yang tidak akan mampu dirobohkan oleh seekor gajah sebesar dan sekuat apapun. Dari awal gajah akan selalu berontak, melawan sekuat tenaga denga harapan bisa melarikan diri kehutan, namun usahanya selalu sia-sia saja. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, gajah selalu gagal dalam percobaan melarikan diri ( Coba kalau gajah punya uang banyak seperti gayus, bisa dipastikan gajah bisa menyuap pawang untuk sekedar berlibur di hutan habitatnya yang cukup enak, he...he...he... ) Dari kegagalan percobaan kabur yang berulang-ulang dilakukan oleh gajah tersebut akhirnya tertanam mental block pada seekor gajah tersebut "Saya ( Gajah ) tidak akan pernah bisa melarikan diri, usahanya akan selalu sia-sia" meskipun setelah 3 bulan gajah tersebut kakinya sudah dilepaskan dari belenggu rantai yang besar. Akhirnya gajah yang terkenal liar dan kuat bisa menjadi gajah yang jinak dan menurut apapun yang diperintahkan oleh seorang pawang.
Akankan kita selaku orang tua dirumah, seorang guru disekolah akan menanamkan mental block kepada anak-anak kita?
Selain mental block yang ditanamkan dari orang lain, akan jauh berbahaya lagi kalau mental blockitu berasal dari diri sendiri. Banyak sekali anak-anak yang mengalami banyak kegagalan karena
metal block yang ditanamkan oleh dirinya sendiri, sebagai contoh ; seorang pelajar selalu psimis, selalu merasa tidak mampu yang selalu dibisikkan dalam dirinya "Saya tidak bisa, saya tidak
mampu, matematika pelajaran yang susah, IPA pelajaran yang menakutkan, Bahasa Inggris pelajaran yang membosankan, susah bisa lulus ujian nasional". dll. Perasaan psimis itulah yang
sebenarnya membuat potensi dirinya menjadi kerdil bahkan bisa mati. Oleh karena itu tidak sepantasnya seorang itu menilai dirinya dengan hal-hal yang negatif tetapi sebaliknya seseorang
sudah seharusnya senantiasa menilai dan memotivasi dirinya dengan sesuatu yang positif yang bisa membakar semangat dirinya untuk menuju keberhasilannya.Karena kenyataan yan akan
terjadi pada diri kita sesungguhnya akan sessuai dengan apa yang kita sangkakan pada diri kita. Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman " Sesungguhnya Aku ( Allah) akan sesuai/
mengikuti prasangka hambaKu".

By : Endar Suharyanto